Utang untuk Nikahan

Utang Nikah. Ide menulis ini muncul saat aku baru santai scroll Ig. Di berandaku muncul feednya Kak Andhika Diskartes yang membandingkan dua pasangan dengan awal tabungan 100 juta. 

Langsung deh, aku jadiin aja konten blog, hehe. Btw, kenapa sih aku tertarik dengan konten berjudul "utang nikah" di Ig Kak Andhika lebih menarik lagi komen-komen yang ada di sana. 

Ada yang jadi curhat karena masih ada yang punya utang nikah sampai sekarang. Ada yang nggak percaya ada orang mau nikah pake utang. Ada yang komen nabung dulu buat nikah, walau telat. Ada yang membulatkan hati supaya kalo nikah nanti nggak utang. Dsb, dsb, dst...

Kalo kamu masuk yang mana? 

Baca Juga: 15 Cara Menambah Penghasilan Bagi Ibu Rumah Tangga 

Utang Nikah vs Nabung Dulu

Dulu sewaktu aku mau nikah juga udah bulatin tekad pokoknya nggak mau utang. Bikin pesta nikah yang seminimalis mungkin. Karena baik mamaku dan mama mertua bukan orang yang banyak duit. Suami juga bukan orang yang penghasilannya bisa di atas rata-rata. Jadi aku sadar diri aja waktu itu. 

Utang ke sodara? No. Kalo mau utang modal usaha boleh tapi buat nikah, wah bisa bablas deh! 

Kalo ditanya apakah sebelum nikah itu utang atau nabung dulu? Jawabnya dua-duanya. Iya, kami utang nikah tapi bentuknya kartu kredit. Puji Tuhan di tahun pertama pernikahan, kami udah bisa melunasinya. 

Nabung juga ternyata nggak cukup buat biaya nikahan jaman now walau udah dibikin seminimalis mungkin. Maklum, bagaimana pun  keinginan orang tua saat menikahkan anaknya selalu pengen mengundang kerabat, teman dan sodara meski dengan porsi sederhana aja. Kecuali saat situasi pandemi seperti ini bisa banget mengundang orang dalam jumlah super sedikit. Nah, kesempatan nih buat kamu yang pengen irit biaya nikah hehe. 

Belajar dari Postingan Andhika Diskartes tentang Utang Nikah

Coba kita perhatikan screenshoot ini. 

Utang vs menabung

Ada 2 pasang pengantin dengan masing-masing mempunyai tabungan 100 juta. Perbedaannya Andi & Drina menginvestasikan uang 30 juta dengan profit 10%. Sementara Canra & Vivi punya utang 30 juta dengan bunga 10%. Setelah 3 tahun, hasil investasi Andi & Drina 39,9 juta. 

Di sisi kanan ada pertanyaan, bayar berapa buat melunasi utang kawin? 

Jawabannya sama dengan hasil investasi Andi & Drina 39, 9 juta. Wow! Kebayang nggak sih gimana kehidupan mereka di tahun pertama sampai ketiga pernikahan hidup buat bayar utang? 

Bagi orang dengan gaji yang tinggi pasti nggak akan kesulitan buat bayar utang 39,9 juta selama 3 tahun. Tapii hidup dengan utang itu enggak enak guys! Apalagi di awal nikah! 

Dalam pernikahan itu semua sifat pasangan pasti udah nggak bisa ditutup-tutupin lagi. Percaya deh, cowok dan cewek itu beda banget dari kebiasaan sehari-hari, butuh roh pengertian yang tinggi. Biar nggak kena darah tinggi, hehe. 

Kudu sabar saat suami naruh handuk basah di atas kasur, harus dengan sabar menyingkirkan baju bekas tidur semalam dan pasti dicariin lagi sama suami pas pulang kerja untuk dipakai kembali. Katanya baju baru dipake sebentar aja udah mau dicuci lagi *yang ini bikin tepok jidat. 

Kesabaran ekstra itu harus dibagi lagi dengan cara pengelolaan keuangan keluarga yang baru. Nggak bisa bertingkah seperti sewaktu masih single. Semua pendapatan/penghasilan dan pengeluaran harus dibicarakan dengan pasangan. Juga saat memberi kepada orang tua atau saudara harus terbuka. 

Kebiasaan membelanjakan uang antara aku dan suami juga beda kayak langit dan bumi. Aku suka belanja baju yang murah biar bisa beli banyak 😄 sementara suami beli baju mahal tapi cuma satu atau dua. Kadang aku suka sebel juga lihat suami belanja bulanan aja, pake kartu kredit. 

Jika masalah di atas nggak diselesaikan dengan pikiran dingin dan roh pengertian yang banyak, pasti deh perang baratayudha pasti bakal meletus berhari-hari 😆. 

Belajar Mengatur Keuangan Bersama 

Mengatur keuangan dalam keluarga kecil kami tanpa melibatkan Tuhan, sangat mustahil. Jika dipikir dengan logika, kami bakal kesulitan keuangan di awal nikah. 

Kami sama-sama nggak ada tabungan lhoo setelah nikah *elus buku tabungan. Nol besar deh, malah bisa dibilang minus karena ada utang yang harus dicicil tiap bulan. Belum lagi kebutuhan makan, listrik, beli pulsa, nyumbang, bayar kontrakan, dll. Tapi Tuhan itu baik banget, mujizat selalu hadir saat kami membutuhkan, amin.

Kami juga dimampukan untuk saling memahami bagaimana mengelola keuangan masing-masing. Yang buruk kami tinggalkan, yang baik kami pertahankan. Prioritas utama adalah selalu melunasi utang dan berhenti mengambil kreditan lagi. Dan itu berhasil. Meski awalnya uang jadi mepet tapi kami berdua masih dicukupkan bahkan dilimpahkan. 

Kami memang bukan orang yang kaya, penghasilan juga nggak besar, tabungan cuma dikit tapi ada sukacita yang selalu ada dalam keluarga. Doakan kami ya, biar berubah dari pas-pasan (pas butuh, pas ada) jadi kelimpahan. Dan stop generasi sandwich hanya sampai di kami aja, anak kami jangan! 


Jadi Apakah Utang Nikah itu Nggak Perlu? 

Dalam caption Mas Andhika bilang, hati-hati saat utang buat kawinan. Dihitung yang pas biar aman cashflownya dan nggak ngerepotin orang. 

Ada loh, dulu aku sempat dicurhatin orang yang punya usaha katering. Dia pernah nerima orderan katering dengan paket lengkap seperti dekor, make up dan sewa baju, tapi sampai setahun lebih belum dibayar juga. Cuma baru dikasih DP separo aja. Sejak itu dia nggak mau lagi pakai sistem DP 50%, harus cash atau minimal bayar 70% nya. 

Kalo dari pihak pengantin ada juga yang cerita, mereka terpaksa utang buat nikah karena demi memenuhi tuntutan orang tua yang mimpi bikin pernikahan besar-besaran. Bersyukurnya sih, mereka pasangan yang cukup mampu secara finansial, jadi tetap aman dan jaya 😁. 

Jadi perlukah utang buat nikah itu kembali ke kemampuan masing-masing pasangan. Pikirkan baik-baik apakah sanggup mengembalikan atau tidak. Jangan mengandalkan nanti kan bakal balik lewat sumbangan. Faktanya uang sumbangan yang diterima nggak akan sebanding sama pengeluarannya. Ingat pesta nikah itu hanya syukuran bukan jualan 😅. Jadi jangan berharap keluar modal segini dapat untung segitu.

Pernikahan adalah gerbang awal menuju kehidupan yang panjang jadi rencanakan secara matang, jangan sampai menyesal kemudian. Salah potong rambut penyesalan cuma sebulan tapi salah pilih pasangan menyesalnya seumur hidup. Salah perencanaan keuangan menyesalnya seumur cicilan, wkwkw (quotes apaan sih 😆). 

Duh nggak kerasa yah, udah panjang aja tulisannya hanya bahas soal utang nikah, hehe. Buat Sobat yang mau menikah semoga lancar rejekinya dan pikirkan baik-baik kalo mau utang. Kalo yang udah nikah, boleh dong bagi pengalamannya di kolom komentar :))

Terima kasih sudah membaca :)) 


Sumber inspirasi: https://www.instagram.com/p/CKh5gSVhvFi/?igshid=alc2x3g8omwf


1 Komentar

  1. Semoga rejeki kita lancar terus ya, Mbak. Info ini cocok banget loh dibaca untuk yang belum nikah seperti aku ini. Menurutku mau utang atau pakai tabungan untuk biaya nikah itu ya tergantung sama pribadi masing-masing ya. Tapi paling enak kalau biaya pernikahan dibiayai orang tua atau pakai tabungan sendiri sih kalau menurutku.

    BalasHapus

Terima kasih telah berkunjung ke Catatan Yustrini. Silakan meninggalkan komentar. Mohon maaf komentar yang masuk akan melewati tahap moderasi terlebih dahulu, spam, iklan dan yang mengandung link hidup akan saya hapus.