Benteng Van der Wijck


Setahun yang lalu tepatnya saat mudik Lebaran 2019 merupakan moment liburan yang tak terlupakan. Bersyukur banget karena sempat mengunjungi salah satu obyek wisata impian, Benteng Van Der Wijck. Siapa yang bisa menduga bakal ada pandemi seperti ini?

Di mana kita nggak bebas untuk bepergian secara normal mengunjungi tempat-tempat wisata. Membuka kembali foto-foto liburan bisa menjadi obat penawar rindu buat saya.

Mengunjungi Benteng Van Der Wijck

Sudah lama sebenarnya ada keinginan untuk mengunjungi salah satu obyek wisata menarik di Gombong. Tapi baru Lebaran kemarin keinginan itu kesampaian.

Menempuh 2 jam perjalanan dengan bersepeda motor dari Purwokerto, saya dan suami tiba juga ke benteng dengan ciri khas warna merah ini.

Sebagai wisata sejarah, Benteng Van Der Wijck cukup ramai dikunjungi terutama saat liburan. Tempatnya cukup luas, sehingga tidak berdesak-desakan dengan pengunjung yang lain.

Tiket masuk cukup terjangkau yaitu Rp. 25.000,- saja per orang sudah meliputi naik kereta mini keliling benteng. Halaman Benteng memang cukup luas, sehingga untuk masuk dari pintu gerbangnya saja ke bagian benteng lumayan jauh.

Benteng Van Der Wijck

Tentang Benteng Van Der Wijck

Benteng ini merupakan benteng peninggalan Belanda. Letaknya ada di Gombong atau 20 Km dari Kebumen. Bila ditempuh dari Yogyakarta jaraknya sekitar 100 Km.

Didirikan tahun 1818, Benteng Van Der Wijck awalnya adalah bukanlah sebuah benteng, melainkan sekolah militer bernama Fort Generaal Conchius (De Pupillenschool op het Fort Generaal Cochius). Nama ini diambil dari nama Letnan Jenderal Frans David Cochius, komandan Hindia Belanda yang bertugas di masa perang Diponegoro 1825-1830.

Banyak anak-anak muda Belanda yang dididik di sini untuk menjadi tentara. Maka tidak heran jika di lantai atas, ada ruangan yang mirip dengan kantor kepala sekolah atau ruang guru.

Fort Cochius berubah menjadi Pupillenschool (Sekolah Taruna Militer) untuk anak-anak Eropa yang lahir di Indonesia. Nama ini kemudian berubah kembali menjadi Fort Van der Wijck sebagai penghormatan pada Van der Wijck atas jasanya ke pemerintah Belanda dalam bidang militer. 

Bentuk Bangunan Van Der Wijck

Arsitektur bangunan benteng ini cukup unik lho! Terdiri dari 2 lantai, dengan luas 7.168 meter persegi dan tinggi mencapai 10 meter. Tebal dinding hingga 1,4 meter.

Di lantai 1 ada semacam ruangan-ruangan yang berfungsi sebagai tempat peristirahatan para tentara dan gudang penyimpanan senjata. Bentuk bangunan ini segi delapan jika dilihat dari atas dan bagian tengahnya menyisakan lapangan yang luas. 

Tersedia tangga-tangga untuk naik ke lantai dua. Di bagian lantai dua ada tangga yang mengarah ke atap dan pengunjung bisa menaiki kereta mini dengan membeli tiket Rp. 5000,-. 

Istimewanya bagian atap ini tidak seperti atap bangunan pada umumnya. Melainkan terdiri dari susunan batu bata yang berbentuk seperti piramida kecil, konon dulu digunakan untuk bersembunyi saat mengintai musuh. 

Bagian lantai dua, berisi ruangan-ruangan kecil untuk kantor. Dan kebanyakan kosong dan lebih gelap di banding dengan lantai dasar yang memiliki banyak jendela. Di luar benteng, ada berbagai wahana permainan anak-anak seperti ayunan dan taman kecil. 

Bagian tamannya sangat asri. Ada banyak tempat duduk di sini. Dan tempatnya cukup instagramable. 

Kesan: 


Kebanyakan isi ruangan di dalam benteng kosong dan ada bagian yang masih digunakan sebagai Sekolah Calon Tamtama Kodam IV Diponegoro. Ada kesan kagum dan juga agak seram saat memasuki Benteng Van der Wijck, untungnya sih, di sana banyak orang coba kalo enggak?

Sebagai bekas peninggalan sejarah, di mana dulu pasti ada pertumpahan darah dalam perebutan kekuasaan. Tentu sebaiknya bila berada di area benteng selalu berdoa dan hati-hati dalam melangkah. Bukan tidak mungkin,  jika ada bagian bangunan yang tiba-tiba ambruk atau ada kejadian lain yang tak diinginkan.

Selalu jaga kebersihan tempat kita berkunjung dan bersikap sopan agar semua nyaman.  



5 Komentar

  1. Tempatnya indah dan unik
    Ternyata dulu nya tempat sekolah militer
    Harga tiketnya sangat terjangkau
    Wah pas pulang ke kebumen bisa mampir nih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, wah bisa banget. Asal dari kebumen kah?

      Hapus
  2. Halo mbak Yustrini, salam kenal ya. Sambil baca postinganmu aku mikir "kalau bangunan2 tua semacam benteng ini yg usianya udah ratusan tahun, sebelum dibuka jadi objek wisata, keamanan pengunjung diperhitungkan gak ya? Udah pasti di sana sini banyak yang rapuh termakan usia, was-was juga sebagai pengunjung jadinya." Oiya bagian dalam bentengnya gak difotokah mbak? Penasaran pengen lihat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo juga mba Imelda, salam kenal kembali. Saya percaya pasti pihak pengelola akan mempertimbangkan keamanannya. hanya untuk prakteknya, pengunjung juga harus berhati-hati agar tidak terjadi kecelakaan fatal, mengingat usia bangunan yang sudah tua. Waktu saya ke sana, ada bagian-bagian yang tidak dibuka untuk umum karena baru direnovasi. Bagian dalamnya kosong mba. Sebentar saya mau cari dokumentasi yang lain.

      Hapus
  3. Wah keren ya benteng bersejarah di Indonesia ini. Aku belum pernah denger nama benteng Van Der Wijck ini. Baca blog mbak Yustrini jadi menambah wawasan budaya sejarah Indonesia hehe.

    Oiya mbak bener banget tentang suasa seram benteng-benteng ya haha.. aku dulu pernah juga ke Lawang Sewu, ngerasa merinding juga kalau pas sepi-sepi gitu haaha

    BalasHapus

Terima kasih telah berkunjung ke Catatan Yustrini. Silakan meninggalkan komentar. Mohon maaf komentar yang masuk akan melewati tahap moderasi terlebih dahulu, spam, iklan dan yang mengandung link hidup akan saya hapus.