Pengalaman rapid test

Tentang Rapid Test

Rapid test adalah metode skrining awal untuk mendeteksi antibodi, yaitu IgM dan IgG, yang diproduksi oleh tubuh untuk melawan virus Corona. Antibodi ini akan dibentuk oleh tubuh bila ada paparan virus Corona (dikutip dari alodokter.com).

Rapid test merupakan salah satu hal yang paling bikin deg-degan selama pandemi Covid-19 buat aku.

Gimana enggak? Selama ini aku cuma lihat atau dengar beritanya di televisi dan baca berita di internet. Dengar-dengar jika hasil rapid test dinyatakan reaktif, maka orang tersebut harus menjalani isolasi mandiri di rumah.

Baca Juga: Mengenal Lebih Dalam Virus Corona dan Penyebarannya 

Memasuki bulan Juli di mana kasus orang yang terjangkit Covid-19 di Indonesia justru makin bertambah. Setiap hari ribuan orang dinyatakan positif. Bikin was-was juga.

Terakhir (5/8/2020) kasus bertambah 1815 konfirmasi positif, sehingga jumlahnya menjadi 116.871. Kasus sembuh 73.889. 

Makin was-was ketika ada salah satu karyawan anaknya Pak Bos ada yang dinyatakan reaktif. Padahal suamiku tiap hari ketemu sama Pak Bos di kantor. 

Lebih was-wasnya lagi pas ada salah satu teman yang dinyatakan positif. Padahal kami bertiga habis ketemuan. Langsung syok dong! 

Pikiran langsung nggak tenang. Suami langsung menghubungi teman dan saudara untuk minta saran. Dan mereka kompak menyarankan agar kami berdua periksa rapid test mandiri. 

Jujur, aku speechless waktu dengar harus rapid test. Bukan uangnya sih, tapi lebih ke hasilnya. Karena kalo hasilnya suami atau saya reaktif, maka rencana untuk pulang kampung gugur sudah. Padahal hari itu kami sudah siap-siap mengemasi barang-barang yang mau dibawa.

Aku pun langsung berburu informasi di internet. Di kompas.com (2/4/2020) OTG adalah mereka yang tidak bergejala dan memiliki risiko tertular dari orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 tapi memiliki kontak erat.

Baca Juga: 5 Tips Aman Mencari Kost di Tengah Pandemi 

Sementara kontak erat adalah seseorang yang melakukan kontak fisik atau berada dalam ruangan/berkunjung, dalam radius 1 meter dengan PDP atau kasus konfirmasi Covid-19.

Apa itu OTG
Sumber: kompas.com

Awalnya aku nggak mau diperiksa rapid test, karena biayanya cukup banyak buat periksa 2 orang sekaligus.

Dikutip dari idntimes.com, biaya rapid test ditetapkan paling mahal 150 ribu. Penetapan biaya ini tertuang dalam Surat Edaran Kementrian nomor HK.02.02/I/2875/2020 mengenai batasan tarif tertinggi pemeriksaan rapid test antibodi.

Jadi kalo test berdua harus ngambil kocek 300 ribu. Beruntungnya kami punya uang. Walau agak berat juga. Biarlah nggak papa daripada kemana-mana nggak pede. 

Setelah menimbang-nimbang demi keselamatan bersama, aku akhirnya mau test juga. Mungkin ini juga jalan dari Tuhan agar sebelum ke luar kota, kami harus bebas virus. 

Kami berdua bisa saja terlihat baik-baik saja, tapi belum tentu orang lain. Apalagi kami mau mendatangi orang tua.

Orang tua inilah yang paling rentan terkena virus dan daya tahan tubuhnya nggak sekuat orang yang masih muda.  Belum lagi jika ada penyakit bawaan, maka akan semakin parah sakitnya. 

Berbekal berburu informasi di internet maka kami berdua memilih Klinik Gading. Di sana biaya cukup terjangkau yaitu Rp. 150.000,- dan jika memakai surat keterangan dokter Rp. 200.000,-. 

Suami menelpon klinik dan membuat janji akan datang jam 10 pagi. Aku pun berdoa dalam hati supaya hasil rapid test nanti non reaktif semua.

Baca Juga: 7 Sisi Positif dan Negatif Saat Dilanda Corona 

Saat Rapid Test


Rapid Test
Medium.com

Begitu sampai di klinik, salah satu petugas kesehatan berpakaian APD lengkap ke luar dan menanyakan keperluan kami. Dia mengarahkan kami untuk menunggu di depan pintu masuk IGD. 

Di dalam ruangan hanya ada satu petugas dan satu pasien laki-laki. Kami memutuskan untuk menunggu di luar. Nggak lucu dong, ke klinik malah tertular virus? 

Setelah pasien pertama selesai, saya dipanggil untuk periksa duluan. 

Pertama, aku disuruh mengisi form nama, alamat dan semacam kuisioner. Saking semangatnya aku cuma menjawab kuisnya aja tanpa mengisi data diri ha,ha...

Ya ampuuun, dasar kuis hunter sih!!! Wkwkwkw.

Untung mba petugas mengingatkan saya buat mengisi bagian atas juga. Biar nggak tertukar juga kan hasilnya? 

Langkah pertama selesai, mba petugas langsung mengeluarkan peralatan buat rapid test. 

Yang buat rapid test ini bentuknya mirip test kehamilan. 

Caranya darah kita diambil dengan menggunakan pipet. Sebelumnya ditusuk dulu menggunakan jarum. Pas tahap ini, beneran jantungku mau copot. Alatnya mirip suntikan tapi suaranya itu lho. Cetakkk! Jarumnya nancep ke jari. Aduhhh! Ngeri! 

Nggak kerasa sakit tapi pegal seperti disuntik. Begitu keluar darah, langsung deh disedot dengan pipet kecil dan dipindahin ke alat test rapid.

Habis itu gantian suami yang melakukan rapid test. Tahapannya kurang lebih sama. 

Hasil rapid test ini akan keluar sekitar 15 menitan. 

Tahu nggak, aku di luar nggak bisa tenang nungguin hasilnya. Sambil terus berdoa biar lolos. 

Setelah kami test, ternyata ada 2 orang pasien lagi yang datang. Aku selalu jaga jarak dan nggak ngobrol dong! 

Pasien pertama tadi keluar dari ruangan. Nggak lama kemudian ada satu orang petugas lagi yang keluar dan membawa alat-alat dan berkas. 

Hatiku rasanya mau ambyar, ketika nama suamiku yang dipanggil duluan. Oh, tidakkk!! Pikiranku nggak karuan.

OMG! Jangan sampai hasilnya di luar harapan! Teriakku dalam hati.

Ternyata eh ternyata...

Hasilnya non reaktif. Puji Tuhan. Hasil test-ku juga sama non reaktif. Jadi kami bukan OTG atau Orang Tanpa Gejala namun bisa membawa virus ke orang lain.

Baca Juga: Pandemi, New Normal dan Keramaian 

Apa yang Harus Dilakukan Jika Hasil Rapid Test Reaktif? 

Tentu sebagai kaum awam yang tidak memiliki pengetahuan mendalam tentang kesehatan, aku browsing dong. Untuk berjaga-jaga saja.

Kalau hasilnya reaktif maka akan dilanjutkan dengan test PCR/swab. Nah, hal inilah yang bikin kami was-was begitu nama suami dipanggil duluan melompati 2 antrian di atasnya. Aku sama pasien laki-laki pertama.

Kemudian akan dilakukan contact tracking di rumah atau di tempat kerja. Hal ini dilakukan untuk menghindari penyebaran virus lebih meluas.

Biar hasil kami non reaktif, tapi kami harus melakukan protokol kesehatan. Selalu memakai masker, rajin mencuci tangan, jaga jarak dan ganti baju setelah habis bepergian. Tetap jaga kesehatan di musim virus ini dengan minum vitamin dan makanan yang sehat.

Salam sehat selalu!

Sumber bacaan:

https://www.alodokter.com/kenali-apa-itu-rapid-test-untuk-virus-corona

https://www.kompas.com/tren/read/2020/06/12/080500965/mengenal-apa-itu-otg-dan-bagaimana-mengujinya?

https://jogja.idntimes.com/news/indonesia/amp/santi-dewi/kemenkes-tetapkan-harga-paling-mahal-rapid-test-rp-150-ribu-regional-jogja

https://m.wartaekonomi.co.id/berita291552/jika-hasil-rapid-test-reaktif-apa-yang-harus-dilakukan

0 Komentar