Keluarga
Source: keluargaindonesia

Menjadi ibu rumah tangga merupakan sebuah pekerjaan yang nggak pernah muncul di bayangan seorang anak perempuan. Jika seorang anak perempuan ditanya waktu kecil, “besok kalo besar pengen jadi apa?” Pasti jawabannya pengen jadi dokter, jadi pramugrari, jadi wanita karir, perawat, polwan, dll. Tapi anak-anak itu nggak ada yang jawab pengen jadi ibu rumah tangga. Kenapa? Apakah ibu rumah tangga itu sebuah profesi yang tidak membanggakan sehingga tidak layak masuk ke dalam daftar cita-cita?

Tik, tok, tik, tok, tik tok.

Setelah menikah, saya banyak sekali belajar tentang kehidupan yang sesungguhnya. Jujur, jadi ibu rumah tangga itu memang tidak pernah terlintas dalam benak saya. Mungkin sudah menjadi rahasia umum, jika jadi ibu rumah tangga itu sebuah pekerjaan yang kerjaannya seabrek-abrek tapi nggak pernah dibayar, terkadang juga nggak dihargai. Bete banget kalo suami pulang dan si istri baru leyeh-leyeh menikmati istirahat setelah seharian beberes sambil bekerja mengumpulkan sesuap nasi, si suami bilang, "kamu seharian ngapain di rumah? Enak ya santai gitu, aku sibuk kerja, capek!" 

"Ini juga baru istirahat, Mas!" Abis itu diam sambil menahan airmata biar nggak meluncur bak air hujan di musim kemarau. Pedih!

Peran ibu rumah tangga kelihatan sepele, namun coba jika di dalam sebuah rumah nggak ada ibu, pasti akan kacau segalanya. Ini sebabnya, seorang anak jauh lebih merasa susah jika ditinggal oleh ibu daripada ayah. Hal ini saya sadari setelah saya ngalamin betapa pentingnya peran seorang ibu dalam rumah tangga.

Bayangkan jika seorang ayah dan 2 orang anak hidup tanpa ada ibu. Ketika bangun, nggak ada yang menyiapkan sarapan, anak-anak nggak ada yang memandikan, ayah antar jemput di sela-sela pekerjaan, siang ayah harus mencari makanan untuk makan siang, sore, pulang kerja harus memandikan anak-anak, menemani belajar, cari makan untuk makan malam. Belum lagi keuangan yang kacau tanpa managemen seorang istri, maka gaji sebulan sepertinya akan lenyap begitu saja. 

Tantangan Bekerja di Rumah Tanpa ART


Saya kenal banyak wanita yang memiliki dua peran selain jadi ibu rumah tangga, dia juga bekerja mencari duit tambahan. Bukan untuk sekedar buat uang jajan namun untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Contoh mama saya dan kakak perempuan saya. Mereka sungguh wanita yang luar biasa dalam berjuang menjadi ibu rumah tangga juga pencari nafkah untuk keluarga. Pantang menyerah dan enggan meminta bantuan kepada teman atau saudara.

Ibu rumah tangga
Source: dpBBMLucu

Lewat warung makan dan toko kelontong mama berhasil membesarkan ketiga anaknya, kakak perempuan saya juga bekerja dari rumah, terima pesanan makanan, jual produk oleh-oleh dan menjahit.

Semua dikerjakan di rumah tanpa dibantu oleh Asisten Rumah Tangga. Lha gimana mau bayar suster atau pembantu jika keuangan saja mepet? Sebagai gantinya, mereka harus pintar mengatur waktu untuk mengurus suami, anak, rumah dan usaha mereka supaya dalam waktu 24 jam bisa terselesaikan. 

Begini jadwal kakak perempuan saya ketika dua anaknya masih kecil. 

Pagi, dia harus bangun lalu membangunkan suami dan anak-anak. Merebus air, menyiapkan sarapan. Lalu memandikan anak-anak. Menyiapkan baju mereka, menyuapi dan mengantar ke sekolah sambil membawa si kecil. 

Pulang dari mengantar sekolah, dia akan mampir ke warung belanja sayur untuk makan siang. Lalu cepat-cepat membuat pesanan dari pelanggan sambil memasak makan siang. Jam pulang sekolah, ia menjemput anak pertama. Sampai rumah, ia menyuapi anak-anaknya lalu mengerjakan pesanan lagi. Selesai, ia mengantar pesanan sampai sore. 

Selesai mengantar, dia akan beres-beres rumah, memandikan anakl-anak dan mencuci baju. Menyiapkan makan malam. Usai makan malam, dia akan menyiapkan kembali bahan-bahan untuk pesanan lagi sambil sesekali membantu anak pertama mengerjakan PR lalu menidurkan si kecil. Tertidur sebentar, lalu bangun lagi melanjutkan pesanan yang belum selesai yang akan diambil pagi-pagi oleh pelanggan.

Dan yang dimaksud pesanan di sini bukan hanya pesanan makanan tapi juga jahitan. Sibuk banget ya?

Iya, semua dikerjakan sendiri. Dan jangan pernah berpikir bahwa semua bisa dikerjakan tanpa jeritan, tangis dan kerewelan anak-anak yang justru selalu mencari perhatian di saat pesanan sedang banyak-banyaknya. 

Kenapa nggak pakai jasa ART saja?


Pertimbangan memakai jasa ART tentu pernah dipikirkan oleh mama dan kakak saya, tapi ya itu tadi, masalah keuangan. Belum lagi sekarang sulit cari asisten yang benar-benar bisa mengerjakan pekerjaan rumah dengan baik. Jadi ibu rumah tangga sekaligus bekerja di rumah adalah pilihan. Repot, iya! Tapi di satu sisi, anak-anak bisa tumbuh di dekat ibu yang sibuk bekerja. Mereka akan menjadi pribadi yang tidak manja, bisa mulai belajar mengerjakan pekerjaan rumah sendiri dan tidak tergantung pada orang lain.  

Gimana dengan saya?


Mungkin ke depan saya juga akan melakukan hal yang sama seperti mama dan kakak saya, bekerja di rumah, mengurus anak, blog tanpa ART. 

#HariBloggerNasional
#MoMAppreciatesBlogger
#MoMxClaris
#MotherOnMission

4 Komentar

  1. Betul, Mba. Jadi IRT memang harus kuat lahir dan batin 😊

    BalasHapus
  2. Kalo jadi IRT dan sibuk2 di rumah kadang dandan pun sudah gak.kepikiran yaaa akibat pekerjaan yg tak pernh beres.
    Lalu suami hanya mau selingkuh krn dibilanh istrinya tak lagi menarik. Huks huks nyesek yaaa

    BalasHapus
  3. Dan nyesek rasanya ketika diam2 suami selingkuh dg alsan kita kurang menrik

    BalasHapus

Terima kasih telah berkunjung ke Catatan Yustrini. Silakan meninggalkan komentar. Mohon maaf komentar yang masuk akan melewati tahap moderasi terlebih dahulu, spam, iklan dan yang mengandung link hidup akan saya hapus.