Tujuan pernikahan

Tujuan Pernikahan. Halo Sobat Catatan Yustrini, sebelumnya aku menulis ini berdasarkan apa yang ada di renungan pribadiku, apa yang kudengar dan artikel yang aku baca. Mungkin diantara kalian ada pendapat yang berbeda, bagiku nggak masalah. 

Belakangan ini aku baru bahagia, bukan karena menang giveaway sih. Tapi lebih ke bahagia karena melihat orang lain senang. Yes! Aku selalu senang melihat orang lain bahagia, dan aku percaya bahwa kebahagiaan itu pasti menular. 

Ada kabar baik di tengah-tengah pandemi ini, seseorang menikah dan ada kelahiran keponakan baru ke dunia. Dan aku happy banget melihat mereka bahagia :)) 

Alasan Menikah di Usia Muda atau Usia Matang 

Beberapa temanku banyak yang sudah menikah muda dan sekarang mereka udah dikaruniai anak yang mulai masuk usia dewasa. Wajar ya, kalo mereka habis lulus SMA langsung nikah. Sementara aku, baru aja nikah beberapa tahun ini. Namun aku tetap bersyukur karena Tuhan pasti memberikan yang terbaik tepat pada waktu-Nya. 

Pada bulan cinta, Februari kemarin aku mendapat undangan pernikahan. Aku yakin bahwa ini adalah doa yang sudah begitu lama dinaikkan. 

Menjadi biasa jika yang menikah adalah wanita berusia 20-30 an. Namun ini yang menikah adalah wanita berusia matang yakni hampir menyentuh kepala 5. Pasti nggak mudah dong, jadi wanita single sampai usia segitu di Indonesia lagi! 

Sebenarnya ada banyak wanita yang menikah di usia matang. Contohnya, Sandra Dewi, Bella Shafira, dan yang baru ada chef Marinka yang  menikah di usia 40 tahun. 

Intinya bukan di usia berapa seorang wanita mengakhiri masa lajangnya. Namun kebahagiaan yang ia dapatkan dalam kehidupan rumah tangganya. Nyatanya yang menikah di usia muda malah banyak yang berakhir dengan perceraian. 

Tujuan Menikah itu Apa Sih? 

Di sebuah media online baru-baru ini aku membaca kisah, ada seorang wanita yang menikah dengan sahabatnya bukan dengan alasan cinta. Tapi karena capek ditanya terus kapan menikah 😔. Karena tujuan menikah dari awalnya salah, pernikahan mereka sekarang sudah berakhir setelah 8 tahun tanpa mempunyai seorang anak. 

Ada juga alasan menikah lain, yaitu ingin keluar dari rumah karena suasana di rumah yang tidak nyaman. Pernikahan itu pun berakhir dengan perceraian. 

Aku pun bertanya-tanya sebenarnya apa sih tujuan orang menikah? Apa agar punya keturunan? Memperbaiki nasib (dengan menikahi orang kaya), biar nggak dikejar-kejar pertanyaan "kapan nikah?" Atau yang lainnya? 

Berbagi Kasih 

Dalam sebuah acara pemberkatan pernikahan seseorang, aku baru menangkap bahwa tujuan pernikahan adalah sesuatu yang amat sakral. Alasan orang menikah boleh berbeda-beda, namun satu hal ini yang aku kira akan merekatkan hubungan pernikahan menjadi awet selama bertahun-tahun. 

"Tujuan pernikahan pada dasarnya adalah untuk saling berbagi kasih antar pasangan. Bukan untuk ingin dicintai atau membahagiakan diri sendiri namun untuk membahagiakan pasangannya," demikian ucapan seorang pastur pada saat itu. 

Di dalam sebuah pernikahan diperlukan kasih, yaitu kasih agape atau kasih tanpa syarat. Di mana kasih ini akan teruji ketika suami/istri memiliki kelemahan atau kekurangan. Apakah kita masih mengasihi pasangan di saat ada hal-hal yang kurang disukai? Jika iya, itulah kasih agape. 

"Inilah dia tulang dari tulangku, dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan sebab ia diambil dari laki-laki." Kejadian 2:23

Penerimaan Diri 

Di sisi lain, pernikahan merupakan penerimaan diri yang tanpa syarat berdasar kasih agape. 

"Pernikahan adalah penerimaan yang membuat anda menjadi lebih baik dari sebelum anda menikah karena anda diterima dan dimiliki sebagai tulang dari tulangnya dan daging dari dagingnya. Ev. Paula Cohen (dikutip dari Majalah Evangelion hal.57 April-Mei 2007 edisi 99).

"Gimana kalo setelah nikah merasa tidak cocok? Ya, dicocok-cocokkan!" Kalimat seperti ini pernah meluncur dari mulut suamiku dan ternyata ada juga artikel yang pernah menulis, bahwa pernikahan itu bukan bertemunya dua orang yang cocok satu sama lain, tapi bertemunya dua orang yang saling mencocokkan diri satu sama lain. Nah!!! 

Penerimaan diri sendiri juga menjadi hal yang penting sebelum bisa mengasihi orang lain. Orang yang nggak bisa mengasihi dirinya sendiri bakal kesulitan untuk mengasihi orang lain. 

Belajar Mengasihi Pasangan 

"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (Matius 22:37-39).

Setelah nikah aku banyak belajar hal-hal baru. Aku hidup bukan lagi untuk diriku tapi ada orang lain, yaitu suami yang membutuhkan perhatianku, kasihku. Di sini aku belajar berbagi, jika ada pemikiran yang biasa aku pikir sendiri kali ini aku harus mau berbagi. 

Perkataan firman Tuhan yang biasa ada di undangan pernikahan ini, sekarang nyata buat aku. 

"Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah  dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia." (Matius 19:6). 

Kesimpulan: 

Mengerti tujuan menikah sebelum mengatakan janji nikah di depan jemaat dan di hadapan Tuhan sangatlah penting. Oleh karena itu, gereja selalu menekankan agar calon pengantin mengikuti BPN (Bimbingan Pra Nikah) sebagai syarat pemberkatan. 

Sebab pernikahan merupakan komitmen seumur hidup, membangun keluarga dan menghadapi permasalahan hidup sampai maut memisahkan. 

Jadi yang belum nikah pikir bolak-balik apakah kamu akan kuat menghadapi si dia dengan berbagai kekurangan dan kelebihannya. Apakah nggak akan bosan melihat muka dia tiap hari? Seumur hidupmu 😆. 

Jangan pernah berpikir nanti kan kalo nikah dia berubah. Itu SALAH besar! Karena pernikahan bukan untuk mengubah sifat atau karakter pasangan tapi masalah mau menerima segalanya, baik atau buruk. Karakter dari kecil nggak akan mudah berubah. Bisa, tapi sulit. 


Referensi: 
- Majalah Evangelion
- Buku Keluarga Idaman Departemen Pernikahan GBIKA 

0 Komentar