resensi novel warna hati

Judul: Warna Hati
Penulis: Sienta Sasika Novel
Editor: Anin Patrajuangga
Desain cover dan ilustrasi: Lisa Fajar Riana
Penata isi: Lisa Fajar Riana
Penerbit: PT Grasindo
Tahun: 2014
ISBN: 978-602-251-435-0

BLURP

Setiap cinta akan menggoreskan warna sendiri, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi saat kita memilih satu diantara dua hati. Mereka memiliki ruangnya sendiri, memiliki waktunya sendiri, dan memiliki lintasannya sendiri.

Kita pun tidak akan mampu memilah cinta mana yang akan menghembuskan rona-rona kebahagiaan atau justru luka-luka yang akan tergores. Ya, cinta terkadang seperti kembang gula terasa manis, tapi cinta juga terkadang terasa getir. 

Dan saat dihadapkan dengan luka, akankah cinga tetap bertahan di tempatnya? Atau berlari menyusuri masa lalu dan kembali pada hati yang dulu tidak ia pilih?

Namun, cinta bukan melulu tentang perasaan yang meluap-luap, cinta juga bicara tentang keyakinan akan benang merah yang telah mengikat.

Baca Juga: Gado-gado Femina "Pembeli Bukanlah Raja"

REVIEW

Setelah lama tidak menulis resensi di blog Catatan Yustrini akhirnya hari ini tergerak juga untuk menulis. Rencananya sudah lama sih, mau nulis resensi buku, setelah kemarin ngintip statistik resensi novel Ailurofil cukup tinggi. 

Maka aku memilih novel terbitan Grasindo yang menurutku nggak ngebosenin jika dibaca lagi, lagi dan lagi. Ceritanya pun cukup mengena dan nggak jauh-jauh dari kisah keseharian. Ditambah bumbu imajinasi sang penulis yang membawa para pembacanya masuk dalam emosi dan pergumulan para tokohnya. 

Dalam novel ini kita diajak berandai-andai untuk datang ke masa depan melalui time capsule atau lorong waktu. Seandainya si tokoh utamanya memilih A maka yang akan seperti ini. Jika B akhirnya seperti itu.

Time capsule! Lorong waktu! Pintu ke mana aja! Andaikan ketiga benda itu ada, ia sungguh-sungguh menginginkannya.
Halaman 9

Novel ini terbagi dalam dua bagian, Jingga dan Biru. Masing-masing cerita membawa kisah tersendiri untuk Tavita atau Tata sang tokoh utama. Namun menurutku, lebih menguras emosi yang bagian Biru, sih! Lebih drama, ha, ha...

Walau di dua cerita itu, ada hal-hal yang menurutku agak aneh yang dimasukkan oleh penulis. Dan kalau ditelusuri ya, emang nggak nyambung sama inti ceritanya.

Kebimbangan Tata dalam memilih calon suami dijelaskan dalam bab prolog. Ada dua pria yang mengelilingi dunianya. Keraguan, trauma masa lalu dan kekhawatiran akan perselingkuhan, faktor ekonomi hingga kekerasan rumah tangga menjadi pertimbangannya. Jadi ia belum bisa memutuskan akan memilih siapa.

Baca Juga: Resensi Novel Memorabilia-Sheva

Tokoh Dalam Novel

Tokoh-tokoh yang muncul dalam novel ini tidak terlalu banyak. Tavita, Innes, Lando, Razka, Naura, Anna, Ibu, Renata dan Alma.

Tapi inti ceritanya hanya terpusat pada Tavita, Lando dan Razka. Lainnya hanya menjadi pelengkap tetapi masing-masing memiliki pembagian karakter yang cukup jelas.

Tavita lahir dalam keluarga yang sederhana. Berkat kegigihannya ia bisa mendapat beasiswa kuliah hingga S2 dan kini menjadi seorang dosen. Ia juga menjadi tulang punggung keluarga sejak ayahnya yang berprofesi sebagai seorang sopir terkena stroke. Selain itu, ia masih membiayai kuliah kedokteran Renata, adiknya.

Lando merupakan seorang musisi, ia dilahirkan dengan darah seni. Penyuka kreativitas dibandingkan membaca buku.

Sementara pria satunya lagi, adalah Razka Si lulusan luar negeri dan digambarkan bahwa ia juga lelaki yang cukup tajir.

Baca Juga: Resensi Buku "Satu lentera Seribu Cahaya"

Kalimat-kalimat Yang Berkesan

Kamu tahu kenapa perempuan diciptakan dari tulang rusuk? Bukan dari tulang kaki atau tulang tengkorak?"
Perempuan tidak diciptakan dari tulang tengkorak karena ia bukan untuk memerintah suaminya.
Tidak juga dari tulang kaki karena perempuan bukan untuk diijak-injak dan dihina harga dirinya.
Tuhan menciptakan perempuan dari tulang rusuk laki-laki agar ia selalu dekat di hati, agar suami bisa melindungi istrinya saat ia rapuh dalan pelukan
Halaman 105

Memaafkan adalah jalan terbaik untuk kita.
Mungkin keikhlasan adalah jalan terbaik dibandingkan kehilangan.
Halaman 194

Pilihlah warna mimpimu sendiri, karena...warna apa pun yang kau pilih, ia akan tetap meninggalkan jejaknya di hidupmu
Halaman 202

7 Pesan yang ditangkap dari novel Warna Hati

1. Sebelum menikah sebaiknya memang harus mempertimbangkan faktor ekonomi

Dalam chapter "Jingga" faktor pemicu keretakan rumah tangga adalah masalah ekonomi. Sebagai kepala keluarga, Lando tidak memiliki penghasilan tetap. Sementara beban Tata semakin berat menanggung ibu, ayah dan kuliah adiknya. Belum lagi biaya bulanan rumah tangga dan biaya persalinan. 

Mencari penghasilan tambahan juga mustahil dilakukan mengingat perutnya yang makin membesar. Belum lagi perkataan dari Alma, sepupunya yang menikah dengan pria tajir. Ibunya bukan berusaha meringankan beban anaknya malah menjejali kata-kata untuk cerai. 

Kehidupan Tavita dari hari ke hari semakin berat, kebutuhannya meningkat sementara penghasilannya bersama Lando tidak juga bertambah. Belum lagi ibunya yang terus mengeluh kekurangan uang, rumah bocor, uang belanja kurang, listrik belum dibayar, kulkas rusak dan kebutuhan rumah tangga lainnya.

"Apa ibu bilang lebih baik kamu cerai saja dengan Lando! Tidak ada gunanya kamu menikah dengannya! Sengsara!"
-Halaman 69-

Ini nih, yang bikin aku sebal sama ibunya Tata. Ia membebankan kebutuhan ekonomi ke Tata semua. Kenapa nggak berinisiatif untuk membuka usaha? Paling tidak bisa bayar listrik sendiri, kan?

2. Kebahagiaan tidak bisa diukur dengan materi 

Jika di chapter Jingga, masalah berkutat seputar keuangan dan keluhan ibunya. Maka di chapter Biru lebih mengaduk-aduk perasaan Tata. 

Sakit mana tahu pasangan selingkuh atau kekurangan ekonomi? 

Secara materi, Tata bisa bersenang-senang karena bisa membeli barang dan mencukupi kebutuhan bulanan ibu dan adiknya. Dibelikan mobil baru oleh suaminya, sedang mobil lamanya diwariskan ke adiknya, Renata. 

Tapi hati Tata harus tercabik-cabik oleh perselingkuhan suaminya. Miris kejadian itu baru ketahuan saat suaminya kecelakaan bersama dengan istri Lando. Kabar tentang kecelakaan itu juga menjadi viral di masyarakat.

3. Jangan ada batas privasi dengan pasangan

Perlukah mengunci ponsel agar pasangan tidak bisa membaca pesan yang masuk ke kita? 

Digambarkan bahwa Tavita bukan tipe istri yang selalu mengintai suaminya dengan mengakses email, sms atau apa saja yang ada si ponsel Razka karena alasan privasi. Ia juga tidak suka ketika Razka membuka-buka ponselnya. 

Padahal jika sudah suami istri tidak boleh lagi ada yang disembunyikan dari pasangan. Saya yakin karena ada ruang privasi ini yang merupakan awal dari masalah perselingkuhan antara Razka dan Naura.

Nggak mungkin keduanya tiba-tiba selingkuh tanpa ada kontak awal lewat chatting atau DM. Jika dari awal sudah ada gelagat yang tidak beres, maka tugas pasangan yang harus mengingatkan.

4. Memaafkan merupakan jalan yang terbaik 

Memaafkan memang sulit tapi itulah yang terbaik. Novel ini memberikan pesan jika sebesar apapun kesalahan dari pasangan kita, harus bisa melepaskan pengampunan. Karena hal itu yang mendamaikan dan memperbaiki hubungan di antara dua hati.

5. Jika sudah mengambil pilihan hidup maka harus dijalani 

Tavita tidak menghindar tanggung jawab sebagai tulang punggung sekaligus sebagai istri. Ia pun tetap berkomitmen dalam pernikahan meski dalam kondisi sulit.

6. Harus selalu bersyukur 

Mungkin kalau ibunya bisa bersyukur dan tidak membanding-bandingkan harta demgan saudaranya, ia akan lebih berbahagia. Bayangkan ia sudah berhasil punya anak yang jadi dosen dan calon dokter. Meski suaminya dulu bekerja hanya menjadi sopir.  

Baca Juga:

KESIMPULAN

Novel ini cocok dibaca oleh orang dewasa muda yang belum atau sudah menikah. Meski termasuk dalam kategori novel yang cukup ringan, emosi pembaca dibawa sampai ke ujung akhir cerita. 

Kisahnya begitu menyentuh dan banyak pesan moralnya. Warna hati tinggal pilih yang mana? Jingga atau biru? 

Setiap hati memiliki cerita...
Dan setiap cerita memiliki warnanya sendiri
Sienta Sasika Novel 

9 Komentar

  1. Novel ini sangat dekat dengan keseharian kita ya dan pasti ada hikmahnya

    BalasHapus
  2. Chapter Biru ini Tata sudah bercerai dengan Lando dan menikah lagi ya? Lalu suami keduanya berselingkuh dengan istri baru Lando? Cukup kompleks juga kehidupan Tata ini. Jadi penasaran pengen baca ceritanya.

    BalasHapus
  3. Warna hati? ada ya baru tau saya.. apa kroma warnanya seperti pelangi kah? bisa jadi status di wa kali ya... hehehe

    BalasHapus
  4. baca ringkasan pesannya berasa lagi berkaca ke hubungan pribadi banget mba Yus, dalam banget semua 7 pesannya. Setuju banget dengan semua pesannya itu. Kalimat berkesannya sangat menyentuh tentang wanita kenapa diciptakan dari tulang rusuk, indah sekali ya, perumpamaannya. Seandainya setiap pasangan bisa memahami hal itu, pastilah tidak akan ada wanita yang disakiti.

    BalasHapus
  5. Topik berandai-andai untuk datang ke masa depan melalui time capsule atau lorong waktu selalu menarik ya tapi tantangannya membuat alurmya logis.

    BalasHapus
  6. Sepertinya menarik. Ada beberapa bagian yang kayaknya mirip dengan kehidupan saya. Hmm semoga aja kapan kapan sempet ketemu buku ini dan baca

    BalasHapus
  7. Wah udah berabad-abad ga baca novel. Menarik juga cerita novel ini ya. Nice review kak.

    BalasHapus
  8. Jadi inget film jaman dulu tentang lorong waktu, yang sering diputer pas bulan Ramadhan, hehe

    BalasHapus
  9. resensi novel warna hati ini bener semua sie , kadang memang kalau ingin melangkah ke sesuatu tempat kalau memang sudah pilihannya ya harus dihadapi, disyukuri apapun halangan di depan tetapi kembali ke diri sendiri sanggup tidak menjalaninya dengan sabar segala apa yang terjadi. Btw warna hati merah kan ya wkwwk.

    BalasHapus

Terima kasih telah berkunjung ke Catatan Yustrini. Silakan meninggalkan komentar. Mohon maaf komentar yang masuk akan melewati tahap moderasi terlebih dahulu, spam, iklan dan yang mengandung link hidup akan saya hapus.