Pandemi covid-19

Sebuah Pandemi Covid-19

Jogja kembali ramai seminggu setelah lebaran. Rombongan pesepeda memadati ruas-ruas jalan raya, bahkan di Malioboro jumlah pesepeda bisa sampai ribuan.

Aku pun bertanya dalam hati, apakah ini tandanya bahwa pandemi Covid 19 sudah berakhir? Mungkinkah masyarakat sedang bergembira karena jumlah penderita sudah mulai menurun? 

Dikutip dari  WartaEkonomi.co.id, pada tanggal 3 Juni memang dikabarkan bahwa tidak ada lagi penambahan kasus positif di DIY sehingga jumlahnya tetap 237 kasus.

Melegakan memang. Tapi situasi seperti ini jangan bikin kita lengah. Covid-19 masih mengintai kita semua. Perang dengan pandemi belum usai.

Faktanya jumlah kasus di Indonesia secara keseluruhan bukannya berkurang malah bertambah makin harinya. Bahkan sudah pecah rekor hingga 1000 lebih per hari yaitu tanggal 9 Juni. Duh!

Baca Juga: Mengenal Lebih Dalam Virus Corona dan Penyebarannya 

Bagaimana Jogja saat ini?

Dari data yang didapat dari Twitter, Humas DIY, hingga 14 Juni ini sudah ada 269 orang kasus positif. Meninggal 8, sembuh 210 dan dirawat 51 orang.

Tuh, kan masih ada penambahan terus dalam 2 minggu ini? Harapannya sih, yang sakit sembuh semua dan nggak ada yang kena lagi. Aminnnn...

Dan kita semua tentunya sangat bersyukur bahwa di Indonesia, kasus sembuh jauh lebih banyak dari kasus positif.

Namun bukan berarti kita abai dengan protokol kesehatan sampai ikut-ikutan keluyuran nggak penting.

Pengertian New Normal

Jangan salah paham sama istilah new normal ya! Ada yang nganggap new normal ini suatu kebebasan untuk bisa jalan-jalan lagi, nongkrong lagi, nge-mall lagi.

Padahal bukan itu loh artinya. Yuk, simak kutipan dari Humas DIY tentang definisi "New Normal".

New normal atau kenormalan baru adalah tatanan hidup baru yang salah satu bentuknya adalah perubahan perilaku dengan makin menerapkan protokol kesehatan guna mencegah penularan Covid-19.

New normal adalah sebuah cara hidup berdampingan dengan Covid-19 untuk memulihkan kegiatan perekonomian masyarakat.

Kasihan juga buat yang nggak bisa cari uang di masa pandemi ini. Nggak semua orang Indonesia mendadak bisa hidup serba digital, ya kan?

Orang yang kerja di sektor pariwisata juga butuh pemasukan. Gimana kalo tempat wisata terus-terusan ditutup? Pengelola kebun binatang juga butuh pengunjung, agar ada pemasukan untuk perawatan kandang, memberi makan hewan-hewan dan biaya perawatan lainnya.

Tinggal kita yang harus tetap waspada. Jaga stamina, rajin cuci tangan, selalu pakai masker dan selalu jaga jarak di mana saja.

Memang pada akhirnya Covid-19 akan menjadi sebuah jenis penyakit biasa. Hanya saja saat ini belum ditemukan vaksin yang tepat untuk mencegah.

Semoga dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan ini, kita semua bisa terhindar dari sakit-penyakit apapun ya, nggak cuma Covid-19 ini. Amin.

9 Komentar

  1. Adanya pandemi ini membuat hampirseluruh lapisan masyarakat merasakan dampaknya. Entah kapan berakhir. Semoga dengan adanya new normal tidak membuat lengah

    BalasHapus
  2. wah Jogja udah naik banyak juga ya, yang aku tahu banyak orang yang salah kaprah dengan istilah new normal dianggap semuanya sudah normal kembali, padahal sebenarnya kalau di kita masih dalam tahap tidak aman, bahkan naik terus jumlah korbannya, tapi masyarakat malah ga ngikutin protokol yang ada juga, kita yang paham malah makin takut buat keluar ya

    BalasHapus
  3. Semoga dengan New Normal tidak menjurus pada kekacauan dan kelalaian ya.. waspada dan kesadaran menjaga diri sanagt poenting dalam era seperti ini..

    BalasHapus
  4. Hai mb Yustrini. Salam kenal. Tinggal di Jogja juga kah mba? Saya juga nih. Semoga pandemi ini segera berlalu.

    BalasHapus
  5. Menyambut new normal masih was was rasanya karena lihat pas keluar rumah udah banyak yang ga pake masker trus di tempat makan juga pada berdesakan jadi kitanya musti yang menjaga diri aja setiap keluar rumah

    BalasHapus
  6. Saya termasuk salah satu yang tidak setuju tempat wisata dibuka Mbak. Meski kadang saya sedih dan kangen ke sana. Pandemi ini terlalu mengerikan, kalau bagi saya

    BalasHapus
  7. Walaupun new normal sudah digaungkan tapi kita harus tetap jaga kesehatan dengan mengikuti protokol kesehatan

    BalasHapus
  8. Sebenernya new normal adalah semacam harapan untuk kembali menjalani kehidupan sebagaimana biasanya sebelum ada pandemi, hanya saja dengan cara dan sudut pandang baru untuk menjalani kehidupan dengan memperhatikan berbagai protokol kesehatan demi keamanan kita dan orang-orang sekitar.

    Masker adalah kelengkapan yang tidak bisa dilepaskan dari keseharian jika hendak beraktivitas di luar. Berikut peralatan tambahan lainnya demi menjaga kebersihan diri dari berbagai kontaminasi.

    Cuma butuh disiplin tinggi hingga kita terbiasa dengan berbagai macam protokol kesehatan itu.

    Kasus yang belum juga selesai menandakan masyarakat belum disiplin. Takutnya orang'yang semula disiplin dan patuh jadi luntur juga semangatnya padahal bahaya masih mengintai

    BalasHapus
  9. Terus terang pada dasarnya New Normal adalah istilah tidak jelas. Masyarakat beranggapan bahwa hadirnya New Normal pertanda pandemi sudah usai.

    Padahal sebenarnya jauh dari itu. Justru wabah itu sedang berkembang dan menuju puncaknya. Hal itu bisa terlihat dari perkembangan jumlah pasien yang terus merangkak naik.

    New Normal jelas merupakan sebuah kebijakan pemerintah untuk menggerakkan perekonomian Indonesia yang kolaps saat PSBB dimana-mana.

    Jadi, masyarakat diberikan sebuah bentuk PSBB yang diperlonggar agar ekonomi tidak tercekik.

    Sayangnya, masyarakat yang sudah capek dan bosan di rumah saja memandangnya berbeda. Mereka beranggapan si Corona sudah pergi dan berlalu.

    Makanya, kerumunan masyarakat yang tidak terkontrol terjadi dimana-mana. Di Bogor, tempat saya tinggal, masyarakat sudah banyak yang tidak lagi memakai masker. Mereka juga berkumpul dan nongkrong tanpa memakai protokol kesehatan.

    Sebuah hal yang miris karena sangat bisa jadi penyebaran Covid masih terus berlangsung dan bahkan berkembang. Data yang ada pun sebenarnya tidak bisa mewakili apa yang sebenarnya terjadi mengingat jumlah tes yang dilakukan masih sangat kecil dibandingkan jumlah masyarakat Indonesia.

    Saya sendiri memandang New Normal, sebagai tidak ada, atau bahkan belum ada karena data dan fakta menunjukkan Indonesia masih dalam bahaya besar dan diperburuk dengan cara pandang masyarakat saat ini

    BalasHapus

Terima kasih telah berkunjung ke Catatan Yustrini. Silakan meninggalkan komentar. Mohon maaf komentar yang masuk akan melewati tahap moderasi terlebih dahulu, spam, iklan dan yang mengandung link hidup akan saya hapus.