Yuk, Mulai Terapkan Gaya Hidup Minim Sampah Makanan
Gaya hidup minim sampah makanan rupanya sudah ditanamkan oleh mama sejak aku masih kecil. Dari dulu mama memang cerewet banget soal buang makanan dan jadi larangan garis keras di keluarga kami.
Pokoknya nggak boleh ada nasi yang tersisa di piring kami ketika makan. Mama pun selalu mengingatkan kalo kami anak-anaknya terlalu banyak mengambil makanan.
"Jangan pernah buang-buang makanan, ingat masih banyak orang di luar sana yang kelaparan!" Kalimat ini sering banget aku dengar dari mama, terutama ketika aku malas menghabiskan makananku.
Dulu waktu masih remaja, aku memang nggak suka makan dan selalu menyisakan makanan di piringku. Kadang aku juga diam-diam membuang makanan tanpa sepengetahuan mama.
Syukurlah kebiasaan ini sedikit demi sedikit sudah mulai hilang saat beranjak dewasa. Tidak ada lagi makanan yang aku sisakan di piring, bahkan hanya sebutir nasi saja.
Tentu saja kebiasaan ini dipupuk setiap hari dan berkat nasehat mama yang nggak ada bosan-bosannya mengingatkanku, kalo makan harus dihabiskan.
Dampak Buruk dari Sampah Makanan
Setiap hari, tanpa kita sadari, banyak makanan yang akhirnya berakhir di tempat sampah. Entah karena porsi yang terlalu banyak, makanan yang sudah kedaluwarsa, atau hanya karena kita tidak lagi berselera. Menurut laporan FAO, sepertiga dari makanan yang diproduksi di dunia terbuang sia-sia.
Di Indonesia sendiri, jumlah sampah makanan termasuk yang tertinggi di dunia. Padahal, di sisi lain masih banyak orang yang kesulitan memenuhi kebutuhan pangan harian. Fenomena ini menunjukkan bahwa sampah makanan bukan sekadar masalah sepele, melainkan persoalan serius dengan berbagai dampak buruk.
1. Kerugian Ekonomi
Sampah makanan berarti membuang uang secara percuma. Bayangkan jika seseorang membuang sisa nasi, lauk, atau sayur yang belum habis, sebenarnya ia juga membuang uang yang sudah dipakai untuk membeli bahan makanan tersebut. Dalam skala besar, kerugian ekonomi akibat food waste bisa mencapai triliunan rupiah per tahun. Tidak hanya uang belanja rumah tangga, tetapi juga biaya produksi, distribusi, hingga tenaga kerja yang sudah tercurah sejak makanan diproduksi hingga sampai di meja makan.
2. Dampak Lingkungan
Sampah makanan yang menumpuk di tempat pembuangan akhir akan membusuk dan menghasilkan gas metana, salah satu gas rumah kaca yang lebih berbahaya daripada karbon dioksida. Gas ini berkontribusi besar pada pemanasan global dan perubahan iklim. Selain itu, proses produksi makanan yang terbuang juga sudah menghabiskan banyak sumber daya: air, lahan, energi, dan pupuk. Artinya, ketika makanan terbuang, semua sumber daya alam yang digunakan untuk memproduksinya ikut terbuang sia-sia.
3. Masalah Sosial
Di tengah tumpukan sampah makanan, masih ada jutaan orang yang kelaparan. Kontras ini menjadi masalah sosial yang menyedihkan. Jika makanan yang terbuang dapat dikelola dengan lebih baik, sebagian besar bisa membantu mengurangi kelaparan dan malnutrisi. Oleh karena itu, sampah makanan bukan hanya masalah individu, tetapi juga menyangkut ketidakadilan sosial yang lebih luas.
4. Polusi dan Bau Tidak Sedap
Sampah makanan yang tidak dikelola dengan baik menimbulkan bau menyengat, menjadi sarang lalat dan tikus, serta menimbulkan polusi air tanah ketika cairannya merembes ke dalam tanah. Kondisi ini bukan hanya mengganggu kenyamanan, tetapi juga bisa menimbulkan risiko kesehatan bagi masyarakat sekitar tempat pembuangan sampah.
5. Merusak Pola Hidup Hemat
Jika kita terbiasa membuang makanan, tanpa sadar kita membentuk pola hidup boros. Kebiasaan ini bisa menular ke aspek lain, misalnya belanja berlebihan atau tidak menghargai usaha orang lain. Padahal, membiasakan diri untuk menghabiskan makanan sesuai kebutuhan adalah salah satu bentuk hidup hemat sekaligus bertanggung jawab.
Sampah makanan memiliki dampak buruk yang luas, mulai dari kerugian ekonomi, pencemaran lingkungan, masalah sosial, hingga kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, sudah saatnya kita lebih bijak dalam mengelola makanan: ambil secukupnya, simpan dengan benar, dan manfaatkan kembali sisa makanan sebelum menjadi sampah. Dengan langkah kecil ini, kita bisa ikut menjaga bumi sekaligus mengurangi ketidakadilan sosial yang ada.
Cara Sederhana untuk Mengurangi Sampah Makanan yang Dihasilkan
Sampah makanan seringkali muncul karena kebiasaan kecil yang tidak kita sadari, seperti mengambil porsi terlalu banyak atau lupa menyimpan bahan makanan dengan benar. Padahal, ada cara sederhana yang bisa kita lakukan untuk menguranginya.
Pertama, biasakan membuat daftar belanja sesuai kebutuhan. Dengan begitu, kita tidak membeli makanan berlebih yang akhirnya terbuang. Kedua, ambil porsi secukupnya saat makan. Jika masih lapar, kita selalu bisa menambah, daripada menyisakan makanan di piring.
Ketiga, simpan makanan dengan benar agar tidak cepat basi. Gunakan wadah kedap udara, atur suhu kulkas, dan cek tanggal kedaluwarsa secara rutin. Makanan sisa pun bisa diolah kembali menjadi menu baru, misalnya nasi sisa dibuat nasi goreng atau sayur bisa diolah jadi tumisan.
Selain itu, membiasakan diri untuk menghabiskan makanan juga bisa menjadi bentuk rasa syukur. Ingat, banyak orang di luar sana yang kesulitan mendapatkan makanan layak.
Dengan langkah kecil seperti ini, kita tidak hanya menghemat uang, tapi juga membantu mengurangi dampak buruk sampah makanan terhadap lingkungan.
0 Komentar
Terima kasih telah berkunjung ke Catatan Yustrini. Silakan meninggalkan komentar. Mohon maaf komentar yang masuk akan melewati tahap moderasi terlebih dahulu, spam, iklan dan yang mengandung link hidup akan saya hapus.