Pada tanggal 20 Februari 2020 kemarin, saya berkesempatan untuk mengikuti sebuah acara sosialisasi Bijak Mengkonsumsi Susu Kental Manis, yang diadakan oleh Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia(YAICI) bekerja sama dengan PP Muslimat NU di Omah PMII Jogja.

Menghadirkan narasumber talkshow Dra. Diah Tjahjonowati, M.Si., Apt (Mewakili Kepala Balai BPOM DIY), Drh. Berty  Murtiningsih (Kabid P2 mewakili Kadinkes DIY), Hj. Lutvia Dewi Malik S.Ag (Ketua Pengurus Wilayah Muslimat DIY), Arif Hidayat, SE, MM (Ketua Harian YAICI) dengan dipimpin oleh moderator Yuli Supriyati.


Bijak Minum Kental Manis
Talkshow (doc. Agata Vera)

Sosialisasi ini dibuka dengan sambutan dari Drh. Berty Murtiningsih, Kabid Pengendalian Penyakit DinKes mewakili gubernur DIY dan Dr. Erna Yulia Soefihara, Kepala Bidang Kesehatan dan Sosial Pimpinan Pusat Muslimat NU. 

Persepsi yang beredar di masyarakat tentang SKM


SKM
SKM (doc. Pixabay)

Dalam sambutan yang dibacakan oleh Berty Murtiningsih, Gubernur DIY mengatakan telah banyak beredar berita tentang dampak kental manis untuk anak-anak kita, tapi masih banyak orang tua yang belum menyadarinya efek negatif nya. Selama ini ada yang menganggap SKM adalah minuman yang direkomendasikan untuk mendukung kesehatan dan pertumbuhan anak.

Peneliti Intistut Pertanian Bogor, Dr Dodik Briawan mengatakan kadar gula dalam kental manis, tidak cocok dikonsumsi anak secara rutin. Kandungan susunya hanya 2-5,5 gram lemak jenuh yang memiliki dampak negatif bagi kesehatan.

Selain alokasi anggaran dibidang kesehatan, pemerintah melakukan penguatan program promotif dan preventif lewat pemenuhan gizi dan imunisasi balita, serta edukasi publik tentang pentingnya pola hidup sehat untuk menekan angka penyakit tidak menular. Konvergensi penurunan stunting pun diperluas di 260 kabupaten/ kota.  Salah satu yang menjadi daerah sasaran nasional penekanan angka kasus stunting tahun ini adalah Kabupaten Bantul. Sampai akhir tahun lalu terdapat sebanyak 3.725 bayi di lima tahun (balita) yang mengalami stunting atau sekitar 7,73% dari total 58.000 balita. Kondisi ekonomi serta buruknya pola asuh menjadi penyumbang gizi buruk di kabupaten ini.

Berbagai studi menunjukkan pengetahuan gizi sangat mempengaruhi persepsi, pemilihan, dan pola makan masyarakat. Sayangnya, literasi gizi di Indonesia masih rendah, mengakibatkan banyak terjadi mispersepsi dan orang tua yang keliru memberikan asupan gizi untuk anak. Pengetahuan tentang susu misalnya, sebagian masyarakat beranggapan semua susu adalah sama. Bahkan setiap minuman yang berwarna putih pun diasumsikan sebagai susu yang dapat memenuhi kebutuhan anak. Oleh karena itu regulasi dan pengawasan pangan oleh pemerintah yang dalam hal ini adalah BPOM dan juga kontrol sosial dan edukasi oleh organisasi juga memegang peran penting.

Kegiatan sosialisasi seperti ini diperlukan karena menyangkut dengan kepentingan generasi penerus bangsa. Pemerintah tidak dapat bergerak sendiri menangani semuanya. Oleh karena itu, sebagai organisasi yang bergerak di bidang kepedulian masyarakat, YAICI dan PP Muslimat NU sejak 2018 telah berkomitmen untuk melakukan edukasi gizi dan cara bijak mengkonsumsi SKM di berbagai daerah. Serta mendukung kampanye pemerintah tentang pembatasan gula garam lemak (GGL). Batas konsumsi GGL yang disarankan oleh kementrian Kesehatan RI per orang per hari adalah gula 50 gram (4 sdm), garam 5 gram (1 sdt), lemak 67 gram (5 sdm minyak).

YAICI bekerja sama dengan Yayasan Peduli Negeri (YPN) Makasar dan Stikes Ibnu Batam melakukan survey tentang persepsi masyarakat tentang susu kental manis di Batam dan Kendari. Hasilnya sebanyak 97% ibu di Kendari dan 78% ibu di Batam memiliki persepsi bahwa susu kental manis adalah susu yang bisa dikonsumsi layaknya minuman susu untuk anak.

“Kami juga melakukan di beberapa kota lainnya seperti Batam, Aceh, Sulawesi Utara dan Manado, hasilnya kurang lebih sama, masyarakat masih beranggapan bahwa susu kental manis adalah susu. Salah satu penyebabnya adalah pengaruh iklan susu kental manis di televisi yang selama bertahun-tahun dicitrakan sebagai minuman bergizi untuk keluarga,” jelas Ketua Harian YAICI, Arif Hidayat.

Kebijakan Pemerintah

Bijak Dalam Mengkonsumsi
Para narasumber sosialisasi (doc. Hafiz)

Menindaklanjuti perdebatan mengenai susu kental manis, BPOM akhirnya mengeluarkan kebijakan yang mengatur tentang label, iklan dan penggunaan susu kental manis yang tertuang pada PerBPOM No 31 Tahun 2018 tentang Label Pangan Olahan, yaitu pada pasal 54 yang menyatakan bahwa produsen harus memberikan label peringatan susu kental manis bukan untuk anak dibawah 12 bulan serta pasal 67 point W dan X yang mengatur larangan pernyataan/ visualisasi yang menampilkan anak dibawah usia 5 (lima) tahun. 

Selain itu BPOM juga telah mengeluarkan peraturan yang ketat bahwa iklan kental manis tidak boleh menggunakan model anak, tidak boleh diiklan di acara TV yang banyak ditonton oleh anak serta tidak boleh divisualkan dalam bentuk minuman yang dituangkan dalam air seolah minuman pengganti susu. Intinya SKM boleh dikonsumsi tetapi hanya sebagai toping dan penambah rasa pada makanan/minuman sebagai bukan pengganti susu.

“Kami mengapresiasi langkah BPOM tersebut dengan kebijakan yang telah ditetapkannya. Meski kami masih melihat terdapat celah-celah bagi produsen, namun kami berharap BPOM dapat lebih berpihak pada konsumen dan masyarakat. Karena itu, YAICI bersama PP Muslimat dan mitra lainnya akan ikut serta mengedukasi masyarakat agar tidak lagi memberikan susu kental manis sebagai minuman anak dan juga aktif mengawal penerapannya oleh produsen, baik dari sisi label maupun iklan di televisi,” jelas Arif Hidayat. 

Sementara itu Ketua Bidang Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial PP Muslimat NU, dr Erna Yulia Sofihara dalam sambutannya mengatakan selama ini kita ketahui banyak konsep yang salah terutama ibu-ibu bahwa kental manis dianggap susu, padahal kandungan gulanya tinggi susunya rendah. Jadi perlu hati-hati bila dikonsumsi anak. Sejatinya Kental manis adalah toping. Di acara hari ini juga dilombakan makanan dengan kreasi kental manis agar masyarakat tahu peruntukan yang sebenarnya,” ujar Ketua Bidang Kesehatan dan Sosial Pimpinan Pusat Muslimat NU, dr. Erna Yulia Sofihara,

Ketua Pengurus Wilayah Muslimat DIY, Hj Lutvia Dewi Malik S.Ag, menambahkan Muslimat sebagai organisasi perempuan terbesar di Indonesia yang memiliki kader jutaan di berbagai daerah akan memberikan edukasi tentang kandungan kental manis dan dampaknya pada anak.

“Kami menghimbau kader dapat menyampaikan kepada masyarakat bahwa kental manis lebih banyak kandungan gulanya yang bila dikonsumsi secara rutin dapat berdampak bagi kesehatan anak-anak kita, “ tambah Hj Lutvia lagi.

SKM Bukan Minuman bagi Anak-anak


Susu Kental Manis
SKM sebagai toping pelezat makanan (doc. Pixabay)

Kandungan gula yang tinggi yakni sebesar 40-50 % dapat menyebabkan resiko diabetes, obesitas dan menyebabkan karies gigi pada anak. Kandungan gizi, kalsium dan protein dalam SKM sangat rendah dibanding dengan jenis susu lainnya, sehingga yang dikonsumsi anak adalah gula yang berlebihan. Efek lainnya anak menjadi sangat adiktif indera pengecap rasa manis sehingga sulit diberi makanan yang kurang manis.

SKM boleh dikonsumsi tetapi sebagai toping dan penambah rasa manis pada makanan bukan diminum sebagai minuman seperti susu pada umumnya. Salah satu penyebab stunting pada anak adalah pola asuh anak dan alasan ekonomi. Pemberian SKM sering kali dianggap cukup untuk memenuhi gizi pada anak, mirisnya tak hanya satu gelas tetapi dalam sehari, anak diberi 7-9 botol SKM yang kandungan gulanya cukup tinggi. Hal ini memungkinkan anak menjadi susah makan. 

Sebaiknya sejak dini anak dikenalkan dengan makanan sehat yang terangkum dalam program "Isi Piringku", di mana susu hanya sebagai pelengkap saja. Sedangkan yang terpenting adalah perbanyak sayur dan buah. 


Isi Piringku
p2ptm.kemkes.go.id

Apa Itu Stunting? 

Stunting adalah kondisi tubuh pendek (di bawah standar) akibat kurang gizi kronis. Tanda-tandanya adalah tubuh pendek di bawah rata-rata, berat badan tidak naik malah cenderung turun, pertumbuhan gigi terlambat dan kemampuan belajar menurun. 

Penyebab Stunting adalah kurang asupan nutrisi pada masa 1000 hari pertama kehidupan. Stunting dapat dicegah dengan mengkonsumsi makanan sumber zat gizi, mengkonsumsi makanan yang difortifikasi zat besi, jika sudah ada gejala klinis kekurangan zat besi, beri suplemen zat gizi dalam bentuk obat. 

Bagi para calon pengantin sebaiknya memeriksakan kesehatan ke puskesmas atau klinik terdekat. Seorang ibu juga harus lebih memperhatikan asupan gizi agar ketika hamil, bayi yang dikandung dalam keadaan sehat. Semua demi mendapatkan generasi yang sehat dan tidak mengalami gizi kurang. 

Acara ini diikuti oleh puluhan ibu-ibu kader Muslimat NU, diharapkan melalui sosialisasi ini pemahaman masyarakat yang keliru tentang SKM dapat diluruskan. Ada juga lomba kreasi makanan dengan menggunakan produk SKM. 


Bijak konsumsi Susu Kental Manis
Bersama dengan rekan-rekan Blogger dan YAICI (dokpri)


Sumber tulisan: 
- Siaran Pers Hari Gizi Nasional 2020
Gubernur DIY "Masih Banyak Orang Tua yang Belum Menyadari Dampak Kental Manis pada Anak" 
- Leaflet Kemenkes RI 

9 Komentar

  1. selama ini kita "tertipu" yah seolah itu adalah susu dan baik ut tumbuh kembang anak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, makanya persepsi yang keliru harus segera diluruskan.

      Hapus
  2. Wah ternyata masih banyak yang memberikan skm sebagai susu untuk dikonsumsi setiap hari. Kasian banget, mungkin karena kurangnya informasi dan persepsi yang salah karena tayangan iklan di TV. Langkah yang dilakukan BPOM sudah sangat baik, semoga dengan adanya sosialisasi dari BPOM, para ibu di seluruh Indonesia bisa lebih paham mengenai skm ini.

    Dan saya jujur aja, gak suka dengan skm, apalagi setelah tau itu isinya gula semua, bukan susu. Paling kalo bulan puasa buat nambah bikin es buah dan sebagainya, selebihnya gak pernah lagi. Paling beli susu cair yang ultra atau indomilk atau frisian flag buat konsumsi harian.

    Very nice info Mba...

    BalasHapus
  3. Aku dari dulu paham kalau SKM bukan susu pertumbuhan tapi di masyarakat emang pakai ini karena murah lho. Itu aja alasannya, murah meriah

    BalasHapus
  4. Sejak kecil bertanya-tanya sendiri, SKM itu susu tapi kok kayak karamel rasa susu??? Sampai besar bersikeras SKM itu karamel rasa susu... Lalu mulai ada campaign SKM bukan susu. Terus ak mbatin, lah bener kan SKM itu cuma karamel dikasih rasa susu...

    Sebaiknya sih mulai campaign juga tentang penyebutannya, nggak usah pake embel-embel "susu".

    BalasHapus
  5. Mba Yus bagus banget ini sharingnya, itulah yang sering saya lihat mengenai pemahaman ibu, yang suka memberikan susu kental manis ke anak-anak di bawah 1 tahun, ternyata bukan peruntukannya kan

    BalasHapus
  6. Sekarang SKM kujadikan topping aja biar amannn hahahah takut sama kandungan gulanya takut gendut akutuuu

    BalasHapus
  7. SKM itu cocoknya untuk campuran kopi. Serius.


    BTW yang bener "mengonsumsi" yaa... Hihihi...

    BalasHapus
  8. Wiwin | pratiwanggini.net29 Maret 2020 pukul 04.29

    Anak-anakku saat balita enggak ada yang aku kasih minuman dari produk kental manis ini, karena sejak awal aku tahu itu bukan susu untuk pertumbuhan. Eh btw, setahuku dia bukan susu, kenapa masih disebut susu kental manis ya?

    BalasHapus

Terima kasih telah berkunjung ke Catatan Yustrini. Silakan meninggalkan komentar. Mohon maaf komentar yang masuk akan melewati tahap moderasi terlebih dahulu, spam, iklan dan yang mengandung link hidup akan saya hapus.