Mengasuh anak balita
Canva

Serunya Mengasuh dan Mendidik Anak Balita


Baca Juga: Nostalgia Sejenak Film Animasi Pokemon

Mengurus anak-anak pasti nggak mudah. Setiap karakter anak juga berbeda-beda, ada yang aktif, berani, pemalu, pendiam sampai yang bandelnya minta ampun. Meskipun saya belum nikah dan belum punya anak tapi suka mengamati perilaku anak kecil di sekitar saya. Ada yang bersikap manis, tapi kalau sedang ngambek nyebelin luar biasa.

Ada yang suka caper kalau ada orang bicara, ada yang hobinya ngumpet kalo ketemu banyak orang. Di sini peran orang tua sangat diperlukan gunanya agar si anak bisa tumbuh dengan karakter yang baik. Bisa dibayangkan jika anak-anak yang lucu-lucu ini tumbuh tanpa ada pendidikan dari orang tua, kelak dewasa akan menjadi orang yang tidak tahu aturan, tidak disiplin dan hidup semaunya. Ihh, ngeri ya?

Setiap Anak Memiliki Karakter yang Berbeda

Berikut kesimpulan saya selama proses pengamatan anak-anak baik itu keponakan saya sendiri, anak tetangga, anak teman dan orang yang tidak saya kenal:

1. Beda karakter beda penanganan

     Anak yang hiperaktif tentu ingin terus bergerak meski dalam keadaan lelah atau tidur sekalipun. Hal ini dialami oleh anak tetangga saya yang suka gerak sendiri ketika sedang tidur bahkan jalan dalam keadaan tidur. Sebagai orang tua harusnya memberikan solusi agar energi anak ini bisa tersalurkan melalui kegiatan yang penuh gerakan aktif seperti menari atau olahraga.

     Beda lagi dengan anak yang cenderung diam dan maunya tidur terus. Kitalah yang harus memancing agar anak tersebut mau bergerak aktif melalui hal-hal yang menarik minatnya. Anak pendiam biasanya lebih tertarik kegiatan menggambar atau belajar mengenal huruf.

2. Anak dibawah lima tahun masih belajar dalam mengenali lingkungan sekitarnya

     Ada anak yang mudah berinteraksi dengan orang di sekitarnya termasuk orang yang baru dikenal. Biasanya anak seperti ini tinggal dalam lingkungan keluarga besar jadj terbiasa bertemu orang. Ada juga anak yang susah sekali didekati karena jarang bertemu dengan orang lain selain mama, papanya. Anak ini cenderung jadi takut orang.

3. Suka meniru

     Anak balita suka sekali meniru orang dewasa. Termasuk cara bicara orang tua. Pengalaman saya ketika datang ke rumah tetangga, maka ibu anak itu bilang, "eh, mbak yus." Selanjutnya yang bilang seperti itu lagi bukan ibunya melainkan anaknya. Terkadang saya merasa geli kalo mendengar anak tetangga saya itu bicara seperti itu.

Baca Juga: Bijak Dalam Mengkonsumsi Susu Kental Manis

4. Tidak bisa mengenal perintah “jangan”

     "Jangan lari-lari!"

     Eh, malah makin kenceng larinya. Iya, nggak sih? He, he, he. Dalam sebuah buku dikatakan bahwa otak manusia memang tidak mengenal perintah 'jangan'. Contoh, jangan bayangkan seekor gajah, saya peringatkan jangan bayangkan seekor gajah. Gimana? Apa saat ini kamu sedang membayangkan gajah? Begitu pun dengan anak kecil. Maka nggak heran kalo anak kecil udah dibilangin jangan malah melakukan kayak disuruh.

5. Bisa merasakan kasih sayang atau kebencian dari orang sekitarnya

     Pernah nggak sebel dalam hati sama anak kecil lalu anak itu juga sebel sama kita? Anak-anak yang polos ini bisa dengan mudah menyerap energi kasih sayang dan benci dari orang sekitarnya. Maka nggak heran jika seorang ibu udah lelah dengan segudang aktifitas dan ingin bayinya cepat tidur. Bukannya tertidur eh, bayinya malah rewel. Hal ini dikarenakan bayi juga bisa merasakan apa yang dirasakan oleh ibunya. 

Serunya Mendidik Anak Balita 

Jujur saja saya bukanlah penyuka anak kecil apalagi jadi sosok wanita yang keibuan seperti yang dimiliki oleh kakak perempuan saya. Maklum karena saya merupakan anak bungsu jadi terbiasa jadi pusat perhatian. Sebagai anak bungsu, saya termasuk anak yang rewel saat kecil. Kakak perempuan saya yang biasanya tegas untuk membuat saya nurut misal ketika saya nangis kenceng di depan umum minta sesuatu. Dengan kata-kata tegas kakak saya bisa membuat tangis saya reda dan tenang. Namun, hal itu nggak berlaku saat diterapkan pada anak kandung kakak saya, yaitu ponakan saya. Jadi kakak saya harus belajar menenangkan anaknya dengan metode yang berbeda saat menangani saya.

#Sulitnya menghilangkan kebiasaan buruk pada anak

Banyak kebiasaan buruk saat bayi terbawa sampai anak memasuki usia masuk SD. Misal menghisap jempol, menggigit kuku, mengompol. Untuk menghilangkan kebiasaan itu tentu tidak mudah. Cuma kita sebagai orang dewasa (tak hanya orang tua) harus sabar dalam menasehati anak agar bisa menghentikan kebiasaan buruknya. Tak hanya menasehati tapi memberi solusi, misal agar tidak ngompol suruh anak pipis dulu sebelum tidur. Dengan begitu si anak akan terbiasa tidak ngompol.


#Pentingnya pelajaran kemandirian anak usia dini

Wah, pintarnya Andi. Bisa makan sendiri. Doni kok belum bisa ya?

Nah, kemandirian pada anak juga peran orang tua lho! Saya menemukan ada anak yang sudah kelas 6 SD masih disuapin. Saya tanya kenapa nggak disuruh makan sendiri? Alasan orang tuanya karena nggak bisa cepat, nggak rapi. 

Tapi saya juga pernah mendapati anak usia 3 tahun sudah bisa makan sendiri dengan rapi. Di sini saya kembali menyimpulkan ada orang tua yang sepertinya 'tega' membiarkan anaknya kerepotan saat mengerjakan sesuatu tetapi sebenarnya sedang melatih kemandirian anak itu sendiri. 

Dan di saat usia dinilah pendidikan ketrampilan hidup seperti makan, mandi, pakai baju, pakai sepatu, menyisir rambut, merapikan mainan dan tempat tidur mulai dilatih. Sehingga anak bisa terampil dan mandiri. Nggak apa kok kalo makannya nggak rapi atau lama yang penting anak itu latihan mandiri jadi nggak bergantung pada orang tuanya.


#Mulai menerapkan disiplin pada anak.

Kakak perempuan saya sangat disiplin dalam mengatur jadwal bangun tidur, mandi, makan, bermain sejak anaknya masih bayi. Bayangkan anak bayi dibangunin jam 4 pagi dan dimandiin. Pasti sebagian akan bilang aduh, kasihan banget! Tapi terbukti hasilnya kini anak-anaknya sekarang nggak susah lagi kalo dibangunin pagi-pagi buta buat berdoa. Malah mereka seringnya bangun duluan daripada orang tuanya. 

Itu sebagian pengalaman kakak saya dan hasil pengamatan saya selama ini. Nggak banyak memang, karena dunia parenting itu pasti luas dan sangat luas. Dan saya belum pernah mengalami sendiri bagaimana mengasuh anak. Nah, bagaimana dengan pengalaman kamu para orang tua dan para calon orang tua?

Tulisan ini diikutsertakan dalam "Happy Mom Yas Marina GiveAway" 
(http://www.yas-marina.net/2016/12/happy-mom-yas-marina-giveaway.html)

Saya dapat hadiah novel Saranghae Bluemoon sebagai 5 peserta tercepat

Giveaway Yas Marina



 

0 Komentar